Kati, Inne dan Lusi makan siang di rumah Isteri . Menu siang itu tabrak lari. Para peserta makan siang ngotot membawa masakan andalannya masing masing. Ayam goreng lengkuas, rendang hati ayam, soto ayam serta mie ayam kampung menjadikan tema hari itu adalah AYAM.
Dan ayam Bangkok yang *"innocent" menjadi topik pembicaraan mereka siang itu.
"Ihh,... gue paling sebel deh sama itu ayam-ayam!", Kati membuka diskusi tentang ayam.
"Iya, setujuuuu! Tau nggak konon katanya dan gue denger banyak banget istri istri expat di sini yang disuruh balik lagi ke negara-nya sama oleh sang suami. Gara gara suami-nya terpincut wanita sini ", sambung Inne.
Inne adalah yang termuda diantara mereka ber-empat. Ibu muda usia awal duapuluhan, mempunyai satu balita. Bersuamikan pria asing membuat ia terdampar di Bangkok. Entah karena masih muda dan emosional atau karena terkena kutukan, ia selalu bernasib sial di Bangkok. Ketiga teman baiknya sudah menyarankan agar Inne "diruwat" di pinggir sungai Chao Praya ...
"Kayak nggak ada gawean lain aja. Bisanya ngerebut laki orang. Amit-amit!!!" katanya lagi, berapi api.
"Namanya juga cari uang kaleee..... ", Isteri menimpali sambil menikmati rendang hati ayam pedas bikinan sendiri. Isteri bukanlah type yang terlalu peduli dengan hal hal begini. Selama nggak merugikan diri untuk apa diurusi, begitu prinsipnya.
"Tapi memang jijay bajaj deh. Loe pernah ke Patpong nggak tengah malem jam dua belasan gitu? Gila deh.... gue ngeliat banget ada yang lagi ngasih "servis" gitu di bar," sambung Kati.
"Gue ke sana bareng suami dan sahabat kita yang sedang honeymoon gitu. Kesian deh, mereka sampe schock ngeliat yang aneh aneh begini. Secara buat mereka mungkin, seks adalah sesuatu yang dilandasi cinta bukan transaksi jual beli"
Kati, wanita yang usianyamendekati kepala empat tigapuluh something. Menguasai tiga plus one bahasa (bahasa Batak, tempat si mamak berasal) juga terdampar Bangkok karena pekerjaan suami.
"Wah.. wah... asik dwoong!! Kalo gue mah malah jadi horny nih", Lusi si ibu hamil mesum paling senang menambah nambahi. Tangan Lusi sibuk mengelus perut buncitnya. Walau suka berbicara jorok, Lusi lumayan religius. Tidak ingin janin yang dikandungnya mendengar kata kata tidak seharusnya yang keluar dari obrolan ibu ibu.
Lusi tadinya seorang wanita karier. Karena cintanya pada sang suami yang seorang pekerja minyak, akhirnya ia rela menjadi wanita rumahan biasa.
"Yang gue nggak habis pikir, kok bisa sih kerja begituan buat dapet duit. Belum lagi nanti kena penyakit. Dan ngerampas laki orang itu lho! Such a w***e!"
"Loe kenapa sebel banget gitu sih? Emang laki loe pernah make ayam, Ne?". Lusi tambah usil
"Ummm .. bukannya gitu. Gue nggak suka aja liat perempuan begituan. Reseh tauk. Dasar gold digger....!! Ya nggak, Ri?!"
Inne minta dukungan Isteri yang dari tadi tampak nggak peduli dengan urusan ayam.
"Susah nih jawabnya. Lagian kita nggak dirugiin ini. Sepanjang swami kita nggak tergoda tentunya. Kenapa juga sebal. Sebenernya bagus lho ada mereka. Membantu para lelaki yang nggak punya pasangan tuk menyalurkan hasratnya", Isteri menerangkan panjang lebar.
"Gue masih nggak ngerti, cong !", Kati penasaran.
"Gini lho, loe tau toilet kan? Nah... si ayam ayam ini anggep aja toilet umum cong. Loe tau yang namanya manusia butuh buang hajat khan. Dengan adanya toilet umum ini, mereka si lelaki nggak perlu melakukan kejahatan seksual.. paksa sana sini tuk menyalurkan hajatnya. Cukup datang ke toilet umum.. yang pastilah ... namanya umum jadi musti berbagi sama yang lain..hehehehe."
"Tetep aja congs. Benci gue tiap liat mereka!!", celetuk Inne ketus
"Terserah loe cong. Jujur lho, gue juga yang sempet bentjiiii banget ngeliat mereka. Tapi kemudian gue mikir lagi. Kenapa musti bentji sampe ke ubun ubun. Mereka nggak ganggu gue dan kehidupan gue. Nggak ganggu laki gue. Kasian malah. Mereka nggak seberuntung kita yang punya ortu kaya, yang dibekali pendidikan, yang bijaksana dan punya akal sehat untuk memilih pekerjaan", jawab Isteri sambil menyindir halus teman temannya.
"Mereka juga manusia congs. Punya mimpi mimpi seperti kita. Pengen punya duit banyak, pengen punya penghidupan yang lebih baik, punya suami ganteng dan anak anak lucu".
Kati, Inne dan Lusi terdiam. Entah apa yang mereka pikirkan.
Isteri tersenyum. Ingat hari Sabtu lalu..........
Dan ayam Bangkok yang *"innocent" menjadi topik pembicaraan mereka siang itu.
"Ihh,... gue paling sebel deh sama itu ayam-ayam!", Kati membuka diskusi tentang ayam.
"Iya, setujuuuu! Tau nggak konon katanya dan gue denger banyak banget istri istri expat di sini yang disuruh balik lagi ke negara-nya sama oleh sang suami. Gara gara suami-nya terpincut wanita sini ", sambung Inne.
Inne adalah yang termuda diantara mereka ber-empat. Ibu muda usia awal duapuluhan, mempunyai satu balita. Bersuamikan pria asing membuat ia terdampar di Bangkok. Entah karena masih muda dan emosional atau karena terkena kutukan, ia selalu bernasib sial di Bangkok. Ketiga teman baiknya sudah menyarankan agar Inne "diruwat" di pinggir sungai Chao Praya ...
"Kayak nggak ada gawean lain aja. Bisanya ngerebut laki orang. Amit-amit!!!" katanya lagi, berapi api.
"Namanya juga cari uang kaleee..... ", Isteri menimpali sambil menikmati rendang hati ayam pedas bikinan sendiri. Isteri bukanlah type yang terlalu peduli dengan hal hal begini. Selama nggak merugikan diri untuk apa diurusi, begitu prinsipnya.
"Tapi memang jijay bajaj deh. Loe pernah ke Patpong nggak tengah malem jam dua belasan gitu? Gila deh.... gue ngeliat banget ada yang lagi ngasih "servis" gitu di bar," sambung Kati.
"Gue ke sana bareng suami dan sahabat kita yang sedang honeymoon gitu. Kesian deh, mereka sampe schock ngeliat yang aneh aneh begini. Secara buat mereka mungkin, seks adalah sesuatu yang dilandasi cinta bukan transaksi jual beli"
Kati, wanita yang usianya
"Wah.. wah... asik dwoong!! Kalo gue mah malah jadi horny nih", Lusi si ibu hamil mesum paling senang menambah nambahi. Tangan Lusi sibuk mengelus perut buncitnya. Walau suka berbicara jorok, Lusi lumayan religius. Tidak ingin janin yang dikandungnya mendengar kata kata tidak seharusnya yang keluar dari obrolan ibu ibu.
Lusi tadinya seorang wanita karier. Karena cintanya pada sang suami yang seorang pekerja minyak, akhirnya ia rela menjadi wanita rumahan biasa.
"Yang gue nggak habis pikir, kok bisa sih kerja begituan buat dapet duit. Belum lagi nanti kena penyakit. Dan ngerampas laki orang itu lho! Such a w***e!"
"Loe kenapa sebel banget gitu sih? Emang laki loe pernah make ayam, Ne?". Lusi tambah usil
"Ummm .. bukannya gitu. Gue nggak suka aja liat perempuan begituan. Reseh tauk. Dasar gold digger....!! Ya nggak, Ri?!"
Inne minta dukungan Isteri yang dari tadi tampak nggak peduli dengan urusan ayam.
"Susah nih jawabnya. Lagian kita nggak dirugiin ini. Sepanjang swami kita nggak tergoda tentunya. Kenapa juga sebal. Sebenernya bagus lho ada mereka. Membantu para lelaki yang nggak punya pasangan tuk menyalurkan hasratnya", Isteri menerangkan panjang lebar.
"Gue masih nggak ngerti, cong !", Kati penasaran.
"Gini lho, loe tau toilet kan? Nah... si ayam ayam ini anggep aja toilet umum cong. Loe tau yang namanya manusia butuh buang hajat khan. Dengan adanya toilet umum ini, mereka si lelaki nggak perlu melakukan kejahatan seksual.. paksa sana sini tuk menyalurkan hajatnya. Cukup datang ke toilet umum.. yang pastilah ... namanya umum jadi musti berbagi sama yang lain..hehehehe."
"Tetep aja congs. Benci gue tiap liat mereka!!", celetuk Inne ketus
"Terserah loe cong. Jujur lho, gue juga yang sempet bentjiiii banget ngeliat mereka. Tapi kemudian gue mikir lagi. Kenapa musti bentji sampe ke ubun ubun. Mereka nggak ganggu gue dan kehidupan gue. Nggak ganggu laki gue. Kasian malah. Mereka nggak seberuntung kita yang punya ortu kaya, yang dibekali pendidikan, yang bijaksana dan punya akal sehat untuk memilih pekerjaan", jawab Isteri sambil menyindir halus teman temannya.
"Mereka juga manusia congs. Punya mimpi mimpi seperti kita. Pengen punya duit banyak, pengen punya penghidupan yang lebih baik, punya suami ganteng dan anak anak lucu".
Kati, Inne dan Lusi terdiam. Entah apa yang mereka pikirkan.
Isteri tersenyum. Ingat hari Sabtu lalu..........
2 comments:
aihhh ayam bangkok?..hahahaha..gue juga benci sama Ayam Jambi..apapun alasannya teteup aja benciiiiiiii
hahahaha... kok pada benjti? Gue nggak jenk... nggak peduli. slama nggak ngutak ngutik hidup gue. :P
Post a Comment